Jumat, April 24, 2009

MENUJU DAKWAH YANG EFEKTIF: Pengantar Manajemen Dakwah Bagi Da`i di Era Globalisasi

Muqadimah

Apabila seorang muslim mau memperhatikan Al-Qur`an dan as-Sunah, tentu dia akan mengetahui bahwa dakwah menduduki tempat dan posisi utama, sentral, strategis dan menentukan. Dakwah yang mengandung keindahan serta sesuai dengan apa yang disyariatkan tentu akan memberikan nilai-nilai yang konstrktif. Namun apabila sebaliknya, tidak menutup kemungkinan akan memunculkan image (gambaran) dan persepsi yang keliru tentang Islam. Bahkan ketidakpahaman tentang ilmu dakwah, menyebabkan kesalahlangkahan dalam operasional dakwah, sehingga tidak membawa ruh perubahan bagi umat ini.

Oleh sebab itu, seiring dengan perubahan zaman dan meningkatkannya kemajuan yang telah dicapai manusia, apalagi proses globalisasi sekarang ini senantiasa terus berjalan tanpa bisa dihentikan, seorang juru dakwah (da`i) harus mampu memformat dirinya sebagai sosok penerang yang kapabel dalam mengarungi zamannya.

Globalisasi merupakan suatu kenyataan saat hubungan sosial mendunia; tidak ada lagi hambatan jarak antara suatu realitas dengan realitas lainnya; satu kejadian yang terjadi secara lokal dengan kejadian yang terjadi di belahan dunia lainnya. Proses globalisasi senantiasa terus berjalan tanpa bisa dihntikan. Dukungan berbagai sarana dan fasilitas, memungkinkan sekali terwujudnya perkampungan dunia yang tidak lagi mengenal batas-batas teritorial.

Dalam era global ini, sekat-sekat regional relatif pudar dengan alat bantu komunikasi. Konon, abad globalisasi ini ditandai dengan beberapa hal yang merupakan kelanjutn abad modern. Yaitu, antara lain, kemajuan ilmu pengetuan dan teknologi semakin besar, materialisme serta kompetisi global yang serba baebas. Di sini kompetisi bebas tnpa mengenal belas kasihan menjadi ciri yang paling menonjol. Sedangkan salah satu dampak negatifnya adalah menurunnya nilai agama. Dalam bayangan seperti inilah seharusnya diperlukan keadaan masyarakat yang siap mengarungi globalisasi. Semuanya merupakan problem bagi seorng juru dakwah sekaligus tantangan, jika aktivits dakwah mengambil bagian dalam proses tersebut.

Kita pergunakan sebagai peluang Dakwah atau malah kita tertindas dan terkapar tanpa bisa berbuat untuk umat ini?

Di tengah keprihatinan kondisi umat saat ini, dakwah yang termanaje dengan baik merupakan suatu keharusan. Tidak disangkal lagi, kegagalaan dakwah berarti kegagalan umat dalam memahami Islam (yang rahmatan lil `alamin) secara kaffah. Jika proses pemahaman telah gagal, jangan pernah mengharapkan pengamalan Islam secara benar.

Secuil tulisan ini, mengajak kita semua untuk merenung untuk akhirnya memahami lebih jauh tentang manajemen dakwah sekarang ini. Suatu ikhtiar bagi juru dakwah (da`i) agar mampu mengatur dan mengelola dakwah yang effektif untuk umat. Karena antara dakwah dan juru dakwah (da’i) adalah bagaikan dua sisi mata uang yang sama. Keduanya tidak bisa terpisahkan; saling melengkapi, saling membutuhkan dan saling menyempurnakan.

Semoga dengan pemahaman yang lebih dalam lagi tentang dakwah akan mampu memberikan warna baru bagi dunia dakwah Islamiyah.

Makna Dakwah

Mndorong manusia atas kebaikan dan petunjuk (hidayah) dan menyuruh kepada kebaikan dn mencegah dari kemungkaran guna mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. (Syeikh Ali Mahfudz)

Subjek Dakwah

Yang dimaksud subjek dakwah ialah mereka yang bergerak di bidang dakwah, jru dakwah, da,i atau pelaku dakwah. Dalam bahasa Arab dikenal dengan Da`i atau Du`aat. Artinya orang yang menyeru atau mengajak. Menurut M. Natsir juru dakwah ialah orang yang memperingatkan atu memanggil supaya memilih yakni memilih jalan dengan membawa keuntungan. Mereka yang tergolong atau termasuk dalam daftar pelaku dakwah itu ialah setiap orang yang mengaku dirinya beragama Islam.

Menurut Amin Abdul Aziz, dakwah dengan nilai yang luhur dan pemahaman yng asli serta risalahnya yang abadi membutuhkan seorang da`i yang sanggup memikul dengan penuh amanah berbagai masalah yang harus direalisir, agar dakwah ini sukses dan manusia pun mau menerimanya, serta sampai pada tujuan yang mulia. Seorang da’i membutuhkan faktor-faktor pendukung kberhasilan dkwah yang antara lain :

1. Al-Fahmu ad-daqiq (pemahaman yang rinci)

2. Al-Iman al-‘amiq (keimanan yang dalam)

3. Al-Hubb al-Watsiq (kecintaan yang dalam)

4. Al-Wa’yu al-Kamil (Kesadaran yang sempurna)

5. Al-‘Amal al-Mutawashil (Kerja yang kontinyu)

Objek Dakwah

Objek Dakwah adalah tujuan atau sasaran dakwah, atau istilah Bahasa Arab istilahnya Mad’u. Adapun yang menjadi tujuan atau sasaran dakwah adalah umum, meskipun Dr. Abdul Karim zaidan membagi objek dakwah kepada 4 golongan manusia, yaitu:

1. Al-Mala`u (Kaum Bangsawan)

2. Al-Jumhur an-Nas (Orang banyak / publik)

3. Al-Munafiqun (Orang Munafiq)

4. Al-‘Ashoh (Pelaku Maksiat)

Pendekatan Dakwah

Dalam praktek dakwah Rasulullah SAW dan para sahabatnya bisa dilihat banyak menggunakan pendekatan yang variatif. Sedikitnya ada 3 (tiga) pendekatan yang biasa dipakai mereka dalam berdakwah:

Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional adalah upaya yang dipakai dalam berdakwah dengana menjadikan akal pikiran sebagai sasaran, bahwa sesuatu itu bisa difahami dengan cara berfikir yang baik dan logis, bisa diterima oleh akal sehat. Dengan kata lain metode yang memicu manusia untuk berfikir, merenung, serta menyimpulkan.

Dasar pendekatan ini adalah: Pertama, Allah SWT senantiasa menyeru kepada hamba-Nya untuk menggunakan akal fikirannya dalam memahami sesuatu. Banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang ini. Kedua, Para Nabi bersifat cerdas. Ketiga, Manusia didefinisikan sebagai hewan yang berfikir.

Yang harus diperhatikan dalam menggunakan pendekatan ini adalah:

1. Menguasai kemampuan menalar denganbaik

2. Menentukan tujuan khusus dari penyampaian suatu materi

3. Pemilahan materi

4. Pemilahan kelompok sasaran dakwah.

5. Bersikap hati-hati dalam merasionalkan sesuatu suatu pesan.

Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional adalah pendekatan yang menitik beratkan penyampaian pesan dakwah pada aspek setting emosi sasaran dakwah. Sejumlah metode yang menggerakkan perasaan dan menyentuh emosi sasaran dakwah yang mencerminkan kemampuan metodologi penyampaian pesan dakwah yang bersifat emosional.

Pendekatan emosional sangatlah diperlukan dalam berdakwah dengan beberapa alasan:

1. Al-Qur’an sendiri senantiasa menggunakan bahasa-bahasa yang menggugah perasaan serta senantiasa membangkitkan perasaan sasarannya dengan ungkapan yang menyentuh perasaan. Pertanyaan-pertanyaan dialogis misalkan, sangatlah berperan dalam menyentuh perasaan lawan bicara.

Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.

2. Rasulullah saw. menggunakan pendekatan emosional dal;am dakwahnya, bagaimana beliau bergurau dengan nenek-nenek yang dikatakan tidak akan ditemui di surga, lalu si nenek menangis, lalu Nabi menjelaskan karena disana tidak ada nenek-nenek, si nenek pun tersenyum.

3. Aktivitas dakwah adalah aktivitas penyampaian kabar gembira, dan peringatan akan bahaya di harei akhir bagi yang durhaka, semuanya adalah konsumsi emosi, bahagia, takut, berani, semangat, dll.

4. Manusia adalah makhluk berperasaan, jika perasaannya disentuh, berarti telah menghargai unsur dasar kemanusiaannya. Selain bahwa semua kebutuhan dasar manusia sangatlah berkaitan dengan perasaan, rasa ingin dihargai, rasa ingin diakui, rasa percaya diri atau sebaliknya, rasa ingin aman, rasa ingin tahu, dll.

5. Seringkali ajakan baik gagal karena aspek perasaan tidak tersentuh, artinya komunikasi menjadi tidak berlanjut, apalagi untuk mendapat respon, hanya karena sasaran dakwah tesinggung perasaannya.

Pendekatan Empirik

Pendekatan empirik adalah sejumlah cara yang dimiliki indera dan pengalaman empiris manusia. Berbagai upaya yang bersifat inderawi serta secara nyata dialami manusia dalam kehidupannya.

Pendekatan ini menjadi perlu dengan beberapa dasar berikut ini:

1. Allah SWT menggunakan pendekatan ini dengan menunjukkan bukti-bukti empiric kepada manusia untuk membuktikan keberadaan dan keesaan-Nya. Sebagaimana dicontohkan ayat berikut:

164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

2. Manusia selain berperasaan, juga sangat memperhatikan bukti nyata, artinya untuk menilai sesuatu itu benar atau salah, maka memerlukan bukti empiric.

3. Indera berfungsi untuk mengamati dan menemukan sesuatu yang belum diketahui, penggunaan panca indera dalam penyampaikan dakwah berarti telah memanfaatkan fungsi tersebut, sekaligus menambah keyakinan, karena bagi sebagian orang malah justru menganggap pengalaman inderawi sebagai cara untuk mencapai kebenaran.

Metode Dakwah

Metode Dakwah merupakan cara bagaimana menyampaikan dakwah sehingga sasaran dakwah mudah mencerna, memahami dan meyakini apa yang disampaikan. Ada beberapa macam metode sebagaimana dalam Q.S. An-Nahl: 125:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Menurut penafsiran Sulaiman Ibnu Umar Al-Ujaily yang dimaksud dengan bil-hikmah ialah metode dakwah dengan perkataan yang mengandung hukum yang shahih, yaitu dalil yang menjelaskan kepada kebenaran serta menhilangkan sesuatu yang syubhat.

Adapun metode mauizhatil hasanah maksudnya mengajak kepada jalan Allah dengan targhib dan tarhib sekiranya orang-orang tidak merasa ragu atas nasihat yang disampaikan.

Sedangkan wa jadilhum billati hiya ahsan maksudnya dengn metode kelembutan (rifqi) tanpa memerangi yang jahat dan kekerasan sehingga orang yang didakwhi oleh seorng da’i menjadi simpati dan bersedia mengikuti terhadap apa yang didakwhkan.

Media Dakwah

Media Dakwah adalah segala pearntara/alat bantu yang dipergunakan si da’i untuk menyampaikan pesan dkwah kepada si mad’u. Media dakwah terbagi kepada tiga bagian:

1. Dakwah bil-Lisan

Termasuk dalam kategori dakwah ini adalah ceramah, khutbah, seminar, obrolan dan sejenisnya. Rasulullah SAW sudah melakukan ini sejk awal yng dikenal dengan man to man atau face to face atau dari orang perorang, dari pintu ke pintu.

2. Dakwah bil-Kitabah

Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah tulisan, cetkan, audio visual atau lebih dikenal dengan bil qolam.

3. Dakwah Bil-Hal

Yang dimaksud dengan dakwah bil hal di sisni adalah berdakwah dengan bentuk perbuatan. Mualai dari berpakaian, bertutur kata, tingkah laku sampai kepada bentuk kerja nyata.

Materi Dakwah

Di dalam menentukan Materi Dakwah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Memilih bahan yang tepat

2. Jangkauan ilmu tentang bahan tersebut

3. menyususn secara sistematis

4. Menguasai bahan

Sebagai bahan renungan ada suatu pendapat dari Cisero yang mengatakan persiapan pidato yang baik mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1. Mencari apa yang dibahasnya (mencari bahan pembicaraan)

2. Menyusun bahan dengan sebaik-baiknya

3. Mencoba menghafalkan isisnya

4. Mengemukakan persoalan dengan singkat

Penutup

Semoga uraian tentang apa dan bagaimana dakwah bisa dijadikan sebagai bekal dalam memanaje dakwah di era globalisasi ini. Sebagai perenungan Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili mengatakan bahwa: sikap Islam sendiri dalam menghadapi peradaban modern yang bercorak materialisme, memposisikan dirinya sebgai filter sekaligus penyeru (da’i) dalam kehidupan manusia. Hingga pada akhirnya mmpu melahirkan manusia modern yng maju serta berintelektualits tinggi dan memiliki tingkt spiritualitas yang mendalam sehingga mampu merekonstruksi nili-nilai Islam dalam kehidupan. Mengingt peradaban Islam berlndaskn pada ruh (spiritualitas) dan madah secara bersamaan, serta mngusung pemikiran-pemikiran yang dapat membangkitkan kemashlahatan, morlitas yang tinggi, mulia dan berpegang teguh kepada akidah yang benar.

Tugas siapa ini? Tentu tugas kita semua sebagai da`i-da’i yang mengemban amanah mengggiring manusia memperoleh hidayah dari Allah SWT dan sukses dalam menjalani hidup sekarang, saat wafat dan diperkampungan abadi kita di akhirat kelak. Semoga.

Wallahu`alam Bish-Shawab.



Tidak ada komentar: